ARTI LOGO DENSUS 88



ARTI LOGO DENSUS 88 

Burung Hantu 
Burung hantu merujuk pada spesies burung “nocturnal” (aktif waktu malam) dan mempunyai bentuk muka yang berbeda dengan burung biasa. Muka burung hantu berbentuk rata seperti muka manusia dengan kedua belah matanya menghadap ke depan. Burung hantu juga mempunyai paruh bengkok kebawah yang tajam, dan mempunyai bulu jambul yang lembut. Burung hantu adalah binatang pemangsa yang efisien karena dilengkapii perlengkapan yang memadai sebagai predator. Matanya yang terletak dibagian depan memberi kesan burung ini pandangan “menyatu” yang hebat. 
Dimana seekor burung hantu mempunyai kemampuan penglihatan secara binokuler (melihat sebuah obyek dengan kedua mata secara bersamaan), sehingga burung hantu dapat melihat obyek secara tiga dimensi dengan wilayah penglihatan 110 derajat, 70 derajat diantaranya dapat dilihat secara binokuler. Namun ia bisa memutar kepalanya 270 derajat sehingga bisa melihat ke belakang dengan mudah. Karena sering berburu dimalam hari, burung hantu dilengkapi dengan sistem pendengaran yang sagat baik. Telinga terletak di dekat mata dan dilingkupi oleh wajah yang lebar.

 Wajah yang lebar ini berfungsi seperti radar menangkap suara yang menyalurkan gelombang suara melaui otot-otot wajah ke telinga. Daya penglihatannya dan pendengarannya pada malam hari sangat tajam, mampu mendengar cicitan tikus pada jarak 500 m. Cakarnyayang tajam akan keluar memanjang saat menyerang sehingga meningkatkan keberhasilan serangan. Burung hantu juga dilengkapi sepasang sayap yang cukup spesial karena mampu meredam gerakan udara yang membuatnya tidak bersuara saat terbang dan menangkap mangsanya dengan kejutan. Itu juga membuatnya mampu mendengar pergerakan buruannya dengan jelas sambil terbang. 
Semuanya itu membuat Burung Hantu memiliki kemampuan berburu yang sangat tinggi, tangkas, cekatan dan disamping menyambar juga mengejar mangsanya di atas tanah. Penelitian pada jenis tertentu, kotoranya menunjukkan 99% memangsa tikus sedangkan 1% memangsa serangga. Mengkonsumsi tikus lebih banyak 2-3 ekor per hari namun daya membunuh lebih dari yang dimakannya. ARTI LOGO DENSUS 88


ARTI LOGO DENSUS 88 VIDEO :




FILOSOFI DENSUS 88



FILOSOFI DENSUS 88 

 Burung hantu dengan kemampuan penglihatan yang tajam, pendengaran yang kuat karena “radar” yang ada pada wajahnya, kemampuan bergerak tanpa bersuara di malam hari, dan kecepatan terbang yang tinggi akan memburu tikus (yang dimanapun selalu mengganggu dan merusak) kemanapun bersembunyi secara cepat dan akurat. Tikus dapat diartikan sebagai teroris yang selalu mengganggu umat manusia. Kemampuan burung hantu tersebut dapat melambangkan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat bergerak dengan sangat rahasia digunakan sebagailogo Detasemen Khusus 88 Anti Teror untuk memburu teroris kemanapun berada. Arti angka 88 pada tulisan Detasemen Khusus 88 ini menyerupai dua buah borgol. 12-foods-that-fight-acid-reflux.

Angka 88 merupakan representasi dari korban peristiwa bom Bali pada tahun 2002 dari warga asingyang mengalami korban terbanyak yaitu Australia. Makna “88″ berikutnya adalah, angka “88″ tidak terputus dan terus menyambung. Ini artinya bahwa pekerjaan Detasemen 88 Antiteror ini terus berlangsung dan tidak kenal berhenti. Angka “88″juga menyerupai borgol yang maknanya polisi serius menangani kasus ini. Meski sudah terjadi ratusan pengeboman di Indonesia sejak tahun 1999, pemerintah Republik Indonesia belum menyadari akan adanya aktivitas terorisme di Indonesia.

 Kasus pengeboman di Bali tanggal 12Oktober 2002 telah membuka mata pemerintah Republik Indonesia dan dunia pada umumnya bahwa di Indonesia benar telah terjadi aktivitas terorismeyang sangat serius. Perundang-undangan pemberantasan terorismepun segera dibentuk, bahkan diberlakukan surut untuk penanggulangan terorisme tersebut. Untuk dapat menanggulangi terorisme di Indonesia,segera dibuat naskah kerjasama internasional di bidang kepolisian, teknik dan intelijen dengan negara negara di dunia. 
Untuk dapat segera mengungkap kasus bom Bali tersebut, Kepala Kepolisian Republik Indonesia membentuk satuan tugas Densus88 yang anggota-angotanya dipilih dari polisi-polisi terbaik dari seluruh Indonesia. Tugas pokok satuan tugas yang baru dibentuk adalah untuk dapat segera mengungkap kasus pengeboman,menangkap pelaku dan membongkar jaringan teroris yang ada di belakangnya. Cara kerja satuan tugas tersebut agar lebih efektif, maka diberi keleluasaan untuk memotong segala bentuk hambatan birokratis di lingkungan Polri. arti-logo-densus-88



FILOSOFI DENSUS 88 VIDEO :



HISTORY OF DETACHMENT 88


HISTORY OF DETACHMENT 88 

Separation DENSUS 88 was framed after the 2002 Bali bombings and became functional in 2003. The name of the association is a consequence of a senior Indonesian police official mishearing "ATA" in an instructions on the US Department of State's Anti-Terrorist Assistance program as "88". He figured it would be a decent name as the number 8 is a fortunate number in Asia and different authorities missing the mark on fortitude to address him. Notwithstanding, as indicated by Brig. Gen. Pranowo, the Indonesian Police Headquarter Anti-Terror Director, the number '88' is taken from the quantity of Australian fatalities in the 2002 Bali besieging, the biggest number from a solitary country.

 Separation DENSUS 88 has disturbed the exercises of Central Java-based Islamist development Jemaah Islamiyah (JI) and a large number of its top agents have been captured or killed. Abu Dujana, associated pioneer with JI's tactical wing and its conceivable emir, was secured on June 9, 2007. Azahari Husin was shot and killed in 2005. The Indonesian psychological militant association experienced a further blow when ostensibly its last getting by and at-large prominent figure, Noordin M. Top was killed in a shootout against Detachment DENSUS 88 on September 17, 2009 at Solo, Central Java. Separation DENSUS 88 is helped by unfamiliar offices, including the Australian Federal Police, in scientific sciences including DNA examination, and interchanges observing. In precautionary strikes in Java, the unit ruined assault plans to material gathering.

  Separation DENSUS 88 administrators were associated with an activity in Poso, where 10 individuals, including a police officer, were killed in a gunfight during a high-risk capture procedure on January 22, 2007. In 2007, Detachment 88 captured and examined West Papuan basic liberties legal advisor, Iwangin Sabar Olif, and accused him of induction and offending the head of state, since he sent a SMS instant message disparaging of the Indonesian military and president. Separation DENSUS 88's activities remember involving US insight officials for its Jakarta base camp to tap the calls and read the SMS instant messages of Indonesian regular citizens.


HISTORY OF DETACHMENT 88 VIDEO :



U.S.-funded Detachment 88, elite of Indonesia security



U.S.-funded Detachment 88 
The elite of Indonesia security 

Indonesia has won praise for cracking down on Islamist militants behind a string of deadly attacks and at the core of the fight have been the heavily armed black-clad officers of its anti-terrorism unit -- Detachment 88 / DENSUS 88. A symbol of improved security cooperation with Western nations, the unit has gained somewhat of a cult status among many Indonesians, particularly after live television images of dramatic sieges ending in a hail of gunfire. 

 "They've been pretty good on the investigative side and intelligence side and being able to crack down on these rings," said Ken Conboy, a Jakarta-based security analyst and author. Police have succeeded in killing or capturing hundreds of suspected militants in recent years. Last week, Detachment 88 / DENSUS 88 officers shot dead Dulmatin, a wanted militant with a $10 million bounty on his head who was tracked to a Jakarta Internet cafe. 

 The unit has been monitoring Islamist networks for potential threats ahead of a visit by U.S. President Barack Obama next week. It has also joined security training exercises at key strategic sites such as five-star hotels and airports. Detachment 88 was established after the 2002 Bali bombings carried out by militant network Jemaah Islamiah, which firmly placed Indonesia as a frontline state in the U.S.-led "war on terror." But the Western funding of an anti-terrorism unit in the world's most populous Muslim nation can be sensitive. There have been reports of U.S. intelligence officers in Jakarta helping tap cell phones and reading SMS text messages of Indonesian civilians. A U.S. embassy spokesman in Jakarta declined to comment, but a U.S. government document showed the unit had received technical support, training and equipment under the State Department's Anti-Terrorism Assistance (ATA) program since 2003. 

 An Indonesian official, who spoke on condition on anonymity, confirmed the unit got Australian and U.S. help in advanced wiretapping technology, and also some British and French aid. Indonesia and the United States are likely to discuss further security cooperation during Obama's visit. Washington has been considering whether to lift a ban on military training for Indonesia's notorious special forces unit, known as Kopassus. Conboy said Detachment 88 / DENSUS 88  got its name because a top police officer at a briefing on the Anti-Terrorism Assistance program had mis-heard "A-T-A" as "Eighty-Eight," which he thought was auspicious since eight is a lucky number in Asian culture. 

 There have also been reports that it was due to the 88 Australians who died in the Bali bombings, while a top Detachment 88/ DENSUS 88 official said it was because DENSUS 88 resembled handcuffs. Australia worked closely with Indonesia on security and Canberra helped set up a training center to combat militants in 2004, pledging A$38 million ($35 million) over five years. The facility -- boasting a forensic laboratory and a Boeing 737 fuselage -- is in the police academy in the city of Semarang. Indonesian extremists have become more savvy at communicating by using couriers rather than cell phones to avoid detection and analysts see limits to the usefulness of electronic surveillance. "It has acquired good capacity to pursue jihadi elements once their existence has been detected," said Sidney Jones, an expert on Islamist militants at the International Crisis Group.

 "But their ability to detect previously unknown groups is much weaker, because that information has to come from the community, not from fancy intercepts," added Jones. There have also been controversies over how Detachment 88/ DENSUS 88 operates, in particular whether they have used deadly force during raids too often, raising the risk of retaliation from militants and losing possible intelligence. Dulmatin and another wanted militant, Noordin Mohammad Top, who is believed to have masterminded suicide attacks on Jakarta hotels last year, were both shot dead during raids. 

 "They don't take any prisoners which I think some have noted with concern," said Conboy. Tito Karnavian, the head of Detachment 88, told Reuters in a recent interview that officers used a response proportionate to threats under international operating procedures. "So if the threat is lethal, we can use also the lethal force," added Karnavian, who said Noordin Top had been killed after attacking officers with an M-16 rifle and pipe-bombs. U.S.-funded Detachment 88, elite of Indonesia security.

U.S.-funded Detachment 88, elite of Indonesia security Video :







Densus 88 Tangkap 5 Terduga Teroris di Aceh



 Densus 88 Tangkap 5 Terduga Teroris di Aceh

Kombes Pol Winardy menyebut, secara keseluruhan ada lima orang terduga teroris yang diringkus di empat lokasi berbeda.

Winardy merinci, dua terduga teroris yakni RA (41), SA alias S (30) diciduk di Blang Bintang, Aceh Besar pada Rabu (20/01/2021) sekira pukul 19.45 WIB.

Kemudian, satu terduga teroris yakni UM alias AZ alias TA (35) diringkus di Ulee Kareng, Banda Aceh pada Kamis (21/01/2021) sekira pukul 10.00 WIB. Lalu, dua terduga teroris yakni SB alias AF (40) dan MY (46) ditangkap di Langsa sekira pukul 20.00 wib,

"Penangkapan tersebut berlangsung di empat lokasi terpisah," kata dia dalam keterangan teetulis, Sabtu (23/1/21).

Winardy menerangkan Kelima terduga teroris ini diduga terlibat dalam jaringan Bom Polrestabes Medan, dan pembuatan bom jaringan teroris yang pernah ditangkap di wilayah Riau.

Hasil pemeriksaan, mereka juga berencana membuat bom yang akan digunakan untuk aksi teror di wilayah Aceh, serta berencana berangkat ke Afghanistan untuk bergabung dengan kelompok Daulah ISIS.

"Kami temukan beberapa dokumen yakni buku catatan sebagai penyampaian pesan yang berisi ancaman terhadap TNI dan Polri, serta Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh," ujar dia.

Sejumlah Barang Disita

Dalam penangkapan, Detasemen Khusus 88 Anti Teror menyita barang bukti seperti beberapa bahan-bahan pembuat bom, paspor-paspor dan berbagai barang-barang yang berkaitan dengan ISIS.

"Para terduga teroris saat ini masih proses pemeriksaan di Polda Aceh dan selanjutnya akan dibawa ke Mabes Polri Jakarta" , tandas dia.

Densus 88 Tangkap 5 Terduga Teroris di Aceh Video :






DETACHMENT 88



DETACHMENT 88 

Separation DENSUS 88, or Delta 88, is an epithet given to the recently hostile to dread unique power unit shaped inside Indonesian Police (Polri). As indicated by Brig. Gen. Pranowo, the Indonesian Police Headquarter Anti-Terror Director, the number '88' is taken from the biggest number of setbacks endured by a country in the Bali bombings episodes.
In that occurrence, 88 Australians lost their lives. The number '8' addresses coherence since this number doesn't show the start and the end like different numbers. The number '8' additionally resembles police binds. These two representative clarification portray the attitude of Detachment 88 that is very seious to work persistently to tackle the psychological warfare related cases.
 This unique unit is being financed by the US government through its State Department's Diplomatic Security Service. The unit is as of now being prepared in Megamendung, 50 kilometers south of Jakarta, by CIA, FBI, and US Secret Service. The majority of these educators were ex-US extraordinary powers staffs. Separation 88 is intended to turn into an enemy of psychological militant unit that is skilled to counter different fear based oppressors' dangers, from bomb dangers to prisoner circumstances. This 400-staffs solid unique power is supposed to be completely employable in 2005.

They comprise of examiners, dangerous specialists, and assault unit that incorporates expert riflemen. Separation 88 is furnished with US weaponry and attack vehicles, for example, Colt M-4 attack rifles, Armalite AR-10 expert sharpshooter rifles, and Remington 870 shotguns. It is accounted for, in spite of the fact that has not been affirmed at this point, that this unit will have its own C-130 Hercules military vehicle plane to build its versatility. Every one of the supplies, including their preparation materials, apparently are by and large equivalent to those of US against fear monger units. Densus 88.

DETACHMENT 88 VIDEO :



Densus 88 Awasi Gilimanuk


Densus 88 Awasi Gilimanuk 

 Pelabuhan penyeberangan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali, hingga kini terus dijaga ketat aparat kepolisian. Bahkan, untuk memperketat pengawasan pintu masuk bagian barat Pulau Dewata itu, telah diterjunkan polisi anti-teror Densus 88. Kabid Humas Polda Bali Kombes I Gede Sugianyar dihubungi di Denpasar, Senin, menyebutkan pelibatan Densus 88 di Gilimanuk sebagai upaya menambah kekuatan guna mengantisipasi kemungkinan masuknya pelaku teroris. 

 "Densus 88 bertugas membantu aparat Polres Jembrana yang setiap hari siaga di Pelabuhan Gilimanuk," tandasnya seraya menyebutkan, pengamanan pelabuhan feri yang menghubungkan Pelabuhan Feri Ketapang, Kabupaten Banyuwangi, Jatim, itu juga dibantu anggota TNI. Sementara itu, Kapolres Jembrana AKBP Ketut Suardana mengatakan, pihaknya tidak pandang bulu dalam melakukan pemeriksaan di Gilimanuk, dengan memeriksa setiap kendaraan dan semua penumpangnya.

.Densus 88 Awasi Gilimanuk Video :